Selasa, 13 Maret 2012

Sejarah SMKN 2 Garut




Keberhasilan sesuatu usaha / perjuangan yang rumit dan berliku – liku jalan yang harus dilaluinya, sungguh merupakan kebahagiaan tersendiri, yang tak dapat dinilai dengan apapun.
Betapa tidak, karena yang awalnya bermodalkan 0 (nol ), baik gedung, fasilitas praktek, tenaga pengajar dan dana, semuanya semata – mata hanya diperoleh dengan mengandalkan kerelaan orang lain yang mau membantu meminjamkan fasilitas yang diperlukan dalam rangka pendirian STM di Garut.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak Drs. Sidharta Kepala SMA Negeri Garut yang rela meminjamkan ruang belajar teori, demikian pula untuk Bapak Kepala STN yang telah merelakan ruang prakteknya dipakai STM.
Tidak lupa kepada guru – guru dan TU, baik dari STM Instruktor Bandung, IKIP, Inspeksi Pendidikan Teknik maupun dari STN Garut dan lain sebagainya saya ucapkan terima kasih.
Pendirian STM tidak dapat dipisahkan dengan pendirian sekolah persamaan STN. Yang dapat diterima menjadi siswa adalah khusus lulusan SK ( Sekolah Kerajinan ) Negeri yang lama belajarnya hanya 2 tahun. Lulusan SKN tidak dapat melanjutkan pendidikannya dan harus bekerja. Sedangkan usia lulusan SKN sama sekali belum cukup umur untuk masuk usia kerja. Lulusan dari persamaan STN dapat melanjutkan pendidikannya kejenjang lebih tinggi.
Setelah selesai sekolah Persamaan STN, sebuah pertanyaan yang terus bergejolak dalam hati, mengapa Garut tidak mampu untuk memiliki STM, padahal pada saat itu selalu digemborkan bahwa teknologi merupakan tulang punggung negara. Dengan keadaan yang sangat terpaksa lulusan STN atau mau melanjutkan pendidikannya harus mencari STM di kota lain, yang dengan sendirinya menambah beban biaya orang tua. Pada awal tahun 1963, sekalipun dengan modal nol saya merintis, mengajukan gagasan pendirian STM di Garut kepada rapat dewan Guru STN. Rapat saya pimpin sendiiri selaku Ketua Dewan Guru. Hasilnya sungguh diluar dugaan, karena hanya Sdr. Oman Romlan saja yang mau menerima gagasan tersebut, sedangkan ada sebagian yang tidak yakin bahwa STM dapat dibuka dalam 2 atau 3 tahun lagi, sebagian lainnya tidak bersuara. Hati berkata, jawaban bukan dengan lisan tetapi dengan perbuatan nyata. Keputusan rapat Dewan Guru menjadi motivasi untuk terus berjuang.
Rapat saya tutup dan diluar berbicara khusus dengan Sdr. Oman Romlan (Alm., tentang tekad saya.
Kesimpulan pembicaraan, dengan modal nol saya edarkan keseluruh STN dan SMPN se-jawa barat, bahwa di Garut telah dibuka STM Garut sekalipun pada saat itu tahun pengajaran sudah dimulai.
Alhamdulilah tahun 1963, sambutan masyarakat positif terdaftar 50 orang siswa untuk dua jurusan.
Setelah ada beberapa pendaftar, baru disibukan dengan upaya – upaya mencari pinjaman tempat belajar, tenaga pengajar dan lainnya yang sangat diperlukan. Semuanya dapat dipenuhi.
Pada tahun 1963 awal berdirinya STM di Garut, tidak bernaung pada salah satu organisasi atau badan hukum apapaun, karenanya saya diberi nama STM GARUT dan lokasi belajarnya teori di Jalan Gagak Lumayung – Sukaregang bangunan darurat SMAN dan praktek di STN. Sedangkan guru – gurunya seperti yang telah disebutkan diatas. Modal keuangan semata – mata hanya diperoleh dari siswa dan yang pertama menyerahkan bantuan (modal awal) sebelum sekolah berjalan yang pada akhirnya dianggap uang pangkal adalah Sdr. Nani dari Kepolisian.
Pada awal tahun 1964 sejalan dengan perjuangan YAYASAN PEMBINA TEKNIK (YPPT) di Bandung dan sekretariatnya berkedudukan di Inspeksi daerah Pendidikan Teknik (sekarang menjadi kantor pendidikan menengah kejuruan) dimana saya termasuk salah seorang pengurus diantara penguru – pengurus lainnya diantaranya Bapak Harta Sutisna, Bapak Rochadi, Bapak Noor Rachmat dan lainnya, yang sedang gencar dan penuh semangat, dengan tekad yang bulat sekalipun harus menanggung resiko dipecat sebagai guru, setiap Kabupaten di Jawa Barat harus memiliki minimal sebuah STM sekalipun berstatus swasta.
Langkah pertama, menginvertarisir minimal seorang dari setiap Kabupaten yang punya jiwa juang.
Langkah kedua mengundang mereka ke Bandung, untuk diberi penjelasan, dibina, dan tugas, agar disetiap kabupaten dimana mereka berdomisili harus berdiri minimal sebuah STM sekalipun berstatus swasta, dengan limit waktu satu bulan sejak pengarahan. Disetiap kabupaten yang telah berdiri STM diwajibkan membuka kantor YPPT Perwakilan dari Bandung, dengan akte notaris sebagai landasan pendirian STM, Anggaran Dasar dan Rumah Tangga dan peraturan lainnya, semuanya menginduk YPPT Pusat Bandung.
Alhamdulilah sekalipun khusus untuk Kabupaten Garut telah mendahului satu tahun dari pelaksanaan program YPPT Pusat di Kabupaten lainnya se–jawa barat telah didirikan sebuah STM swasta.
Pada saat program YPPT pusat dimulai, langsung STM Garut tanpa ragu menyatakan dirinya masuk dalam lingkungan dan naungan YPPT Pusat, tunduk dan taat kepada semua ketetapan dan keputusan YPPT.
STM Garut yang semula seperti anak ayam kehilangan induknya, pada saat itu dapat beridiri lebih tegak karena mempunyai induk yang siap membantu dalam menghadapi berbagai kesulitan yang tidak biasa diselesaikan sendiri.
Sungguh sangat hebat dan mulia daya juang guru-guru dan staf tata laksana, sangat perlu mendapat tambahan pendapatan (honorarium) akan tetapi dengan hati yang ikhlas, tenaga, fikiran, dan waktu disumbangkan demi kemajuan sekolah yang mereka bina bersama sama, membantu pemerintah dalam rangka mencerdaskan anak bangsa.
Dana yang diterima sekolah dari 450 orang siswa, semuanya dikembalikan untuk kesejahteraan siswa baik untuk pengadaan kebutuhan. Pelajaran teori, praktek,kelancaran administrasi sekolah maupun honorarium Guru dan TU yang jumlahnya relatif kecil tidak memadai dengan keringat yang mereka keluarkan.




Sekolah berkembang terus, tiap tahunnya animo terus bertambah, jurusannyapun bertambah dari dua jurusan menjadi tiga jurusan, ditambah dengan jurusan listrik.
Kalau awal berdirinya STM saya disibukkan dengan mencari tempat belajar, menghimpun tenaga sukarelawan yang mau mengajar secara ikhlas di STM Garut lain halnya setelah Sekolah berkembang dan masuk tahun ketiga saatnya siswa harus menghadapi ujian akhir, upaya apapun yang harus dilalui, untuk kesejahteraan siswa harus dilakukan.
Terobosan pertama yang didukung oleh Pak Tatang (salah seorang pendiri STN Garut) yang pada saat itu berkedudukan di Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Jakarta, katanya tersedia mesin – mesin dan alat praktek, yang dapat dibawa ke Garut bila ada pernyataan dari Bupati bahwa di Garut telah dibuka STM.
Dua kali dalam dua minggu berturut-turut dengan penuh harapan untuk memperoleh pernyataan dari Bupati, dua kali pula memperoleh jawaban yang sama, “ JANGANKAN MEMBUKA SEKOLAH, KABUPATEN PUN DEFISIT “ dan dua kali saya menjawab yang sama, “ SAYA DATANG BUKAN UNTUK MENGEMIS, APA HUBUNGANNYA SURAT PERNYATAAN DENGAN DEFISIT “. Tak ada jawaban, karena penuh rasa penyesalan dan jengkel, saya pulang dan permisi dengan memukulkan tangan kemejanya.karena Garut tidak berhasil memperoleh surat pernyataan, mesin – mesin dan sebagainya dikirim ke Tasikmalaya.
Terobosan kedua, proposal saya serahkan kepada Ketua Yayasan Pembangunan Garut yang diketuai oleh seorang kolonel yang diterima dengan baik. Setelah diolah kembali oleh yayasan, diserahkan kepada Bupati dan Bupati bias menerima, Dana pada tanggal 17 agustus 1964 diumumkan / dilaporkan kepada masyarakat bahwa di Garut telah dibuka STM merupakan hasil karya pemerintah Kabupaten Garut.
Dengan diserahkannya proposal ke Yayasan dan berdirinya STM di Garut diakui hasil Pemerintah Garut, bagi saya tidak merasa dirugikan apapun, bukan popularitas yang menjadi tujuan, namun hasil perjuangan yang diutamakan dan diharapkan.
Selaku rakyat kecil saya dengarkan pengumuman Bupati sambil berdiri diluar pagar tembok kabupaten disertai senyum, hati berkata, beginilah cara kerja pemimpin. Bukan isi usul yang dicermati, tetapi lebih kepada “ siapa yang datang “.
Terobosan ketiga, saya kemas secara apik upaya penegerian sekolah, dengan harapan menjadi garapan YPPT Pusat, disamping penjelasan – penjelasan lainnya yang paling digaris bawahi pelaksanaan ujian akhir, yang dihubungkan dengan tanggung jawab orang tua yang mau tidak mau harus mengeluarkan biaya tambahan untuk anaknya yang harus ujian di kota lain.
Alhamdullilah gagasan STM Garut disambut dengan baik, dalam rapat diputuskan upaya penegerian bukan hanya Garut saja, tetapi akan diperjuangkan seluruh STM yang ada di Jawa Barat, yang dibawah naungan YPPT. Keputusan kedua ditetapkan hari keberangkatan ke Jakarta. Tiga kali YPPT bertemu dan berbicara dengan Bapak – bapak pimpinan yang ada di Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan di Jakarta, untuk membahas penegerian STM YPPT yang ada di Jawa Barat. Hasil akhir sangat menggembirakan, bahwa STM YPPT se – Jawa Barat akan dinegerikan bersama – sama secara maraton, harinya berbeda satu hari dari Kabupaten satu dengan yang lainnya, dan nomor SK penegerianpun hanya berbeda satu dari STM yang satu ke STM yang lainnya.
Tanggal 30 September 1965 giliran STM Garut untuk menerima SK penegerian. Penyerahan surat keputusan (SK) penegerian disambut penuh suka cita oleh semua pihak. Dalam hati saya hanya berucap, alhamdullilah engkau maha pengasih dan penyanyang, dengan ridhomu, siswa dapat diselamatkan dari rasa khawatir harus mengikuti ujian ditempat lain. Terhapuslah bayangan adanya tambahan pengeluaran biaya, untuk makan, tidur, transport dan biaya sekolah tempat mereka ujian.
Bukan hanya siswa dan orang tua saja yang merasa gembira namun dirasakan pula oleh saya, guru-guru dan masyarakat Garut.
Perjuangan yang berliku – liku dan penuh dengan rintangan , akhirnya dengan ridho Allah SWT, semua dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Dari tidak punya menjadi punya, dari tidak ada menjadi ada, Kabupaten Garut memiliki Sekolah Teknik Menengah Negeri yang menjadi idaman dan harapan masyarakat.
Pada tahun 1964 saya dipercaya untuk menjadi Kepala Sekolah Teknik Negeri Garut, dan pada Tahun 1965 sambil menunggu ketentuan lebih lanjut STM Negeri masih saya pimpin.
Pada saat saya diharuskan menghadap Kepala Inspeksi Pendidikan Teknik,beliau dengan tandas mengatakan, tidak mungkin dua sekolah negeri dipimpin oleh satu orang, beliau menyerahkan pada saya untuk memilih apakah akan tetap di STN atau mau jadi Kepala STM Negeri.
Jawaban saya, menjadi Kepala STM bukan keinginan saya, tetapi ditentukan dan diangkat oleh Bapak. Perlu Bapak ketahui bahwa upaya saya dan kawan-kawan untuk mendirikan STM semata-mata bukan karena ada pamrih, ingin menjadi kepala STM N, tetapi berjuang agar Garut menambah kekayaan pendidikannya, membantu pemerintah dalam upaya mencerdaskan anak bangsa. Tak sedikitpun saya berharap dengan hasil perjuangan untuk mendapat imbalan menjadi kepala STM Negeri Garut.
Masalah jabatan semuanya menjadi wewenang Bapak, dimanapun saya akan ditempatkan insyaallah tidak akan ada protes, ketetapan Bapak saya anggap bersifat mutlak, akan saya laksanakan sebaikbaiknya dan semampu mungkin.
Jawaban beliau sambil memberi salam, beliau mengatakan “ saudara ditetapkan untuk menjadi Kepala STM Negeri Garut “ < Ucapan selamat saya terima dengan rasa terharu dan dalam hati sambil menunduk bersyukur kehadirat Illahi Rabbi, memohon Ridho dan bimbingannya. Selajutnya beliau memberikan nasihat dan petunjuk, akhirnya memerintahkan untuk segera mengadakan persiapan seperlunya dalam pelaksanaan timbang terima sebagai Kepala ST Negeri.
Dengan perubahan status, sebagai langkah awal, rapat staf harus segera dilaksanakan untuk pembenahan organisasi, administrasi sekolah dan lain sebagainya yang menunjang kelancaran belajar mengajar.
Sejak tahun 1965 lokasi sekolah pindah dari Jalan Gagak Lumayung Sukaregang (bangunan SMAN Garut) ke Jalan Gunung Payung bekas sekolah China yang diduduki oleh anak –anak KAPI STM Negeri kondisi sekolah dengan bangunan permanennya, lebih tertata rapih kalau dibandingkan dengan keadaan semula.
Pada awal tahun pengajaran 1966, animonya sangat banyak dan jauh dari daya tampung sekolah.
Pada tahun itu pula alhamdullilah mendapat tambahan ruangan belajar sekalipun bersifat pinjaman dari CV. Haruman sebuah pemborong yang bergerak membangun sekolah-sekolah se Indonesia. Lokasinya sekalipun agak jauh dari Jalan Gunung Payung, bolak – balik antara Jalan Gunung Payung ke Daerah Haurpanggung dan Tutugan Leles.
Dengan animo yang sangat jauh jumlahnya kalau dibandingkan dengan daya tampung sekolah, kembali kami harus berpikir dan berbuat untuk menolong masyarakat. Pertolongan apa yang bias diberikan untuk mereka. Kesimpulan saya yang mendapat dukungan penuh dari pengajar, bersepakat untuk menghidupkan kembali YPPT yang mengawali berdirinya STM Negeri.
Kembali saya proklamirkan bahwa di Garut dibuka STM YPPT, dibawah naungan, koordinasi dan tanggung jawab STM Negeri. Saya beserta staf mengatur demi kelancaran proses belajar mengajar baik di Negeri maupun di STM YPPT. Alhamdullilah 2 sekolah berjlan tanpa ada gangguan berarti. Sampai sekarang 2 sekolah negeri dan YPPT berjalan dengan perkembangan masing-masing. Perkembangan STM YPPT sekarang saya tidak mengetahui apa-apa, karena walaupun saya selaku pendiri tidak pernah lagi diajak bicara, malah dalam akte notaris yang dibuat sendiri oleh mereka ( tanpa pemberitahuan dulu pada saya ), nama saya sama sekali tidak tercantum.
Perkembangan STM Negeri sungguh sangat menngembirakan, dilihat dari aspek organisasi, administrasi, sarana dan prasarana dan lainnya sungguh sangat bangga kalau dibandingkan dengan kondisi selama 13 tahun saya memimpin STM Negeri Garut.
Alhamdullilah bakti untuk tempat kelahiran saya sekembalinya bertugas mengajar di Tanjung Enim (SUMSEL) dari tahun 1957 s/d akhir 1959 dipersembahkan 3 buah karya. Yang pertama menolong lulusan anak-anak SKN dengan persamaan STN-nya, kedua Sekolah Teknik Menengah Negeri dan Ketiga STM YPPT. Semoga amal bakti diterima Allah SWT, bermanfaat bagi nusa, bangsa dan agama. Amin.
Tidak menutup kemungkinan kalau dalam penyusunan bahan untuk pembuatan buku sejarah pendirian STM Negeri Garut banyak kesalahan dan kekeliruan. Semuanya itu terjadi karena kebodohan dan ketidakmampuan untuk merekan kejadian atau peristiwa 40 (empat puluh tahun) yang silam, dari upaya mendirikan STM tahun 1963 sampai keadaan sekarang tahun 2004.
Saya mohon maaf yang seikhlas-ikhlasnya, saran dan kritikan selalu saya nantikan demi lurus dan benarnya sejarah berdirinya STMN Garut.
H. Djoehara


0 komentar:

Posting Komentar